Dari Mutiara Terpendam Menuju Permata Nusantara
Penulis: Irsyadinnas (ASN Belitung Timur)
Dalam hembusan angin laut yang membawa aroma dan suara ombak yang tak henti-hentinya menyapa pantai, terbentang sebuah cerita yang menakjubkan. Kabupaten Belitung Timur, sebuah permata yang terpendam di ujung timur Pulau Belitung, telah menulis kisah transformasi yang memukau. Seperti mutiara yang terbentuk dari endapan waktu dan tekanan, daerah ini telah menjalani metamorfosis yang luar biasa sejak menjadi bagian integral dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sejak 2003 silam.
Ketika RPJPD 2005-2025 resmi berakhir dan digantikan oleh RPJPD 2025-2045, kita tidak sekadar menyaksikan pergantian dokumen perencanaan. Kita menyaksikan sebuah estafet peradaban yang tak pernah berhenti, sebuah tongkat kepercayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi pemimpin dengan satu tekad mulia: menjadikan Belitung Timur sebagai bagian penting dari Indonesia Emas 2045.
Evaluasi Pembangunan 2005-2010: Membangun Fondasi dari Ketiadaan
Era ini bisa kita maknai ibarat seorang arsitek yang memandang tanah kosong dan membayangkan gedung megah yang akan berdiri di atasnya. Belitung Timur pada periode ini masih seperti kanvas putih yang menunggu goresan kuas pertama sang maestro. Pemerintah daerah dengan visi yang jernih mulai meletakkan fondasi-fondasi kehidupan bernegara.
Capaian Infrastruktur: Jalan-jalan penghubung antar kecamatan mulai dibangun, mengubah Manggar, Gantung, Dendang, dan Kelapa Kampit dari entitas terpisah menjadi satu kesatuan organik. Pembangunan 127 kilometer jalan kabupaten bukan sekadar aspal dan beton, melainkan urat nadi kehidupan yang mengalirkan harapan ke setiap pelosok.
Capaian Pendidikan: 78 unit sekolah dasar dan 15 sekolah menengah pertama dibangun atau direhabilitasi. Setiap ruang kelas yang berdiri adalah laboratorium masa depan, tempat generasi muda Belitung Timur diasah menjadi permata yang berkilau.
Capaian Kesehatan: puskesmas dan poskesdes mulai beroperasi, membawa pelayanan kesehatan hingga ke ujung-ujung kampung. Ini bukan sekadar bangunan medis, melainkan benteng pertahanan kehidupan yang menjaga setiap detak jantung masyarakat.
Capaian Ekonomi: Sektor perikanan tangkap mencatat produksi puluhan ribuan ton per tahun, sementara sektor pertanian yang tak kalah menghasilkan ratusan ribuan ton sawit. Angka-angka ini adalah simfoni kemakmuran yang mulai mengalun dari bumi Belitung Timur.
Era ini bisa kita maknai ibarat seorang arsitek yang memandang tanah kosong dan membayangkan gedung megah yang akan berdiri di atasnya. Belitung Timur pada periode ini masih seperti kanvas putih yang menunggu goresan kuas pertama sang maestro. Pemerintah daerah dengan visi yang jernih mulai meletakkan fondasi-fondasi kehidupan bernegara.
Capaian Infrastruktur: Jalan-jalan penghubung antar kecamatan mulai dibangun, mengubah Manggar, Gantung, Dendang, dan Kelapa Kampit dari entitas terpisah menjadi satu kesatuan organik. Pembangunan 127 kilometer jalan kabupaten bukan sekadar aspal dan beton, melainkan urat nadi kehidupan yang mengalirkan harapan ke setiap pelosok.
Capaian Pendidikan: 78 unit sekolah dasar dan 15 sekolah menengah pertama dibangun atau direhabilitasi. Setiap ruang kelas yang berdiri adalah laboratorium masa depan, tempat generasi muda Belitung Timur diasah menjadi permata yang berkilau.
Capaian Kesehatan: puskesmas dan poskesdes mulai beroperasi, membawa pelayanan kesehatan hingga ke ujung-ujung kampung. Ini bukan sekadar bangunan medis, melainkan benteng pertahanan kehidupan yang menjaga setiap detak jantung masyarakat.
Capaian Ekonomi: Sektor perikanan tangkap mencatat produksi puluhan ribuan ton per tahun, sementara sektor pertanian yang tak kalah menghasilkan ratusan ribuan ton sawit. Angka-angka ini adalah simfoni kemakmuran yang mulai mengalun dari bumi Belitung Timur.
Evaluasi Pembangunan 2011-2015: Menumbuhkan Tunas Harapan
Seperti pagi yang menyingsing setelah malam yang panjang, periode ini menandai fajar baru pembangunan Belitung Timur. Tunas-tunas yang ditanam di era sebelumnya mulai menunjukkan daun-daun hijaunya. Pemerintah daerah dengan kebijaksanaan seorang petani yang berpengalaman, memahami bahwa setiap tunas memerlukan perhatian khusus untuk tumbuh optimal.
Capaian Infrastruktur: Jaringan jalan kabupaten yang telah dibangun di era sebelumnya kini berkembang menjadi urat nadi yang lebih kompleks dan menjangkau hingga ke jantung masyarakat. Pembangunan 145 kilometer jalan desa dan jalan pemukiman mengubah wajah pedesaan Belitung Timur. Desa-desa yang dulu terisolasi kini terhubung dengan jalan beraspal yang mulus, memungkinkan anak-anak sekolah berangkat tanpa lumpur mengotori seragam mereka, dan hasil panen petani dapat diangkut dengan mudah ke pasar. Ini bukan sekadar infrastruktur transportasi, melainkan jendela yang membuka setiap sudut kampung kepada gelombang kemajuan, menghadirkan modernitas tanpa menghapus kearifan lokal yang telah mengakar berabad-abad.
Capaian Pariwisata: 7 objek wisata baru dikembangkan. Jumlah wisatawan melonjak menjadi dua ratus ribuan per tahun. Setiap wisatawan yang datang adalah duta yang akan menceritakan keindahan Belitung Timur ke seluruh penjuru dunia.
Capaian Ekonomi Kreatif: 450 UMKM baru bermunculan, menciptakan lapangan kerja bagi 2.100 orang. Produk khas seperti kerupuk getas berbahan baku ikan mulai menembus pasar regional. Ini adalah kebangkitan ekonomi rakyat yang otentik dan berkelanjutan.
Capaian SDM: Indeks Pembangunan Manusia naik dari 65,8 menjadi 68,8. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan nyata dari peningkatan kualitas hidup masyarakat yang semakin baik.
Evaluasi Pembangunan 2016-2021: Mekarnya Bunga Kesejahteraan
Era ini adalah masa keemasan pertama, ketika semua investasi pembangunan di periode sebelumnya mulai berbuah manis. Seperti orkestra yang telah menemukan harmoninya, setiap sektor pembangunan bergerak dalam irama yang seirama dan saling menguatkan.
Capaian Digital Government: Implementasi e-government mencapai 85% layanan publik. Masyarakat kini dapat mengurus administrasi tanpa harus antri berjam-jam. Ini adalah revolusi birokrasi yang membawa pelayanan publik ke era digital.
Capaian Pariwisata Premium: Belitung Timur resmi menjadi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Jumlah wisatawan mencapai 250.000 per tahun dengan kontribusi PAD dari sektor pariwisata miliaran rupiah Geopark Belitong juga meraih pengakuan UNESCO, mengangkat nama daerah ini ke kancah internasional.
Capaian Infrastruktur Modern: Akses internet 4G mencakup di sekitar 95% wilayah Belitung Timur. Ini adalah transformasi dari daerah terpencil menjadi daerah yang terkoneksi dengan dunia.
Capaian Ekonomi Maritim: Produksi perikanan meningkat menjadi puluhan ribuan ton per tahun. Laut yang dulu hanya dipandang sebagai pembatas antar daratan, kini menjadi salah satu sumber kemakmuran utama.
Capaian Pendidikan Berkualitas: 95% anak usia sekolah menyelesaikan pendidikan dasar. Sekolah Vokasi SMK dibuka dengan program keahlian kelautan dan pariwisata. Setiap lulusan adalah aset pembangunan yang siap berkontribusi.
Evaluasi Pembangunan 2021-2025: Memanen Prestasi
Periode ini adalah masa panen raya, ketika Belitung Timur menuai hasil dari kerja keras dua dekade. Seperti petani yang gembira melihat sawahnya menguning, masyarakat merasakan langsung manfaat pembangunan yang telah diperjuangkan.
Capaian Resiliensi Pandemi: Setelah pandemi global di 2020 yang membuat pertumbuhan ekonomi Belitung Timur terkontraksi menjadi -0,63 persen, namun setahun setelahnya di 2021 Belitung Timur mampu bangkit dan pulih dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 4,56 persen.
Capaian Pembangunan Manusia: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mencapai 73,62 pada Tahun 2024 berada pada status IPM Tinggi, yang menempati posisi pertama dari 4 kabupaten pemekaran lainnya di Provinsi Bangka Belitung. Tingkat partisipasi angkatan kerja mencapai 70,5%. Setiap angka ini adalah gambaran cermin dari kesejahteraan yang semakin dirasakan masyarakat.
Target Pembangunan 2025-2045: Membentang Sayap Emas
Kini, di ambang era baru menuju Indonesia Emas 2045, Belitung Timur telah menyusun masterpiece rencana pembangunannya. RPJPD 2025-2029 bukan sekadar dokumen perencanaan, melainkan manifesto untuk mencapai puncak berikutnya dari peradaban daerah, dengan visi “Belitung Timur Maju, Sejahetera dan Berkelanjutan”.
Maju, dalam arti bahwa Kabupaten Belitung Timur akan menjadi daerah yang memiliki kualitas hidup yang tinggi, perekonomian yang maju, didukung oleh infrastruktur dan teknologi yang canggih.
Sejahtera, dalam arti bahwa Belitung Timur akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang meliputi kebutuhan primer (primary needs), sekunder (secondary needs), dan kebutuhan tersier. Kebutuhan primer yang meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan dan keamanan yang layak. Kebutuhan sekunder seperti pengadaan sarana, informasi dan telekomunikasi. Kebutuhan tersier seperti sarana rekreasi, hiburan, dan kesempatan yang terbuka lebar bagi aktualisasi diri.
Berkelanjutan, dalam arti bahwa konsep pembangunan di Kabupaten Belitung Timur secara sadar dan terencana memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Pembangunan berkelanjutan akan terus diupayakan dengan prinsip kesejahteraan ekonomi, keadilan sosial, dan pelestarian lingkungan berjalan beriringan secara berkelanjutan
Refleksi: Estafet yang Tak Pernah Putus
Ketika kita merenung atas perjalanan dua dekade ini, ada satu hal yang membuat hati bergetar: konsistensi visi dan komitmen yang tak pernah luntur. Setiap pergantian kepemimpinan tidak pernah menghasilkan revolusi yang merusak, melainkan evolusi yang membangun.
Ini adalah bukti kematangan demokrasi lokal yang luar biasa. Seperti tongkat estafet yang berpindah tangan namun tujuannya tetap sama, setiap periode RPJMD adalah kelanjutan dari cerita besar yang sama: mengangkat martabat dan kesejahteraan masyarakat Belitung Timur.
Yang paling menakjubkan adalah bagaimana setiap pencapaian tidak pernah menjadi titik final, melainkan titik awal untuk pencapaian yang lebih tinggi. Ini adalah filosofi kaizen yang diterapkan dalam konteks pembangunan daerah – perbaikan berkelanjutan yang tidak pernah berhenti.
Penutup
Belitung Timur hari ini bukan lagi hanya daerah kecil di ujung timur Pulau Belitung. Ia telah menjadi salah satu mutiara indah dalam mahkota kejayaan Indonesia. Setiap pencapaian pembangunan adalah facet yang membuat kilauannya semakin memukau.
Namun, pencapaian terbesar bukanlah infrastruktur yang megah atau angka statistik yang mengesankan. Pencapaian terbesar adalah transformasi mindset – dari mentalitas daerah terpencil menjadi mentalitas global player, dari sikap menerima nasib menjadi sikap pembentuk takdir.
Kita pantas berharap, jika nanti Indonesia merayakan kemerdekaan yang ke-100 pada tahun 2045, dan sejarahwan menulis tentang transformasi bangsa menuju Indonesia Emas, nama Belitung Timur akan menjadi salah satu daerah yang tercatat dengan tinta emas. Bukan sebagai daerah yang ikut-ikutan, melainkan sebagai daerah yang memimpin transformasi, sebagai laboratorium hidup dari apa yang bisa dicapai ketika visi, komitmen, dan kerja keras bersatu dalam harmoni yang sempurna.
Dan di antara riuh rendah perayaan itu, mungkin terdengar bisikan laut yang telah menjadi saksi bisu perjalanan panjang ini. Bisikan yang mengatakan bahwa keajaiban sejati tidak pernah terjadi dalam semalam, melainkan tercipta dari estafet perjuangan generasi demi generasi yang tidak pernah menyerah pada impian.
Belitung Timur akan membuktikan bahwa dengan tekad yang bulat, perencanaan yang matang, dan eksekusi yang konsisten, sebuah daerah kecil dapat menjadi teladan bagi bangsa besar. Ia adalah living proof bahwa Indonesia Emas 2045 bukan utopia yang mustahil, melainkan realitas yang sedang dibangun, satu batu bata demi satu batu bata, satu pencapaian demi satu pencapaian.
1 Comment
oke