Samarinda | Kalimantan Timur | Okebozz.Com | JSCgroupmedia ~ Dugaan kasus pelecehan seksual dalam kegiatan Pramuka di salah satu SMA di Samarinda kembali mengguncang ruang publik, tidak hanya karena pelakunya berasal dari lingkungan pendidikan, tetapi juga karena dampak psikologis serius yang ditimbulkan pada para korban.
Peristiwa ini terjadi saat kegiatan pramuka berlangsung dan diduga melibatkan seorang pembina yang melakukan tindakan tidak pantas terhadap sejumlah alumni yang turut serta dalam kegiatan tersebut.
Kasus ini menarik perhatian publik setelah viral di media sosial. Kepala UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kota Samarinda, Violeta, mengungkapkan bahwa tekanan mental yang dirasakan korban meningkat seiring besarnya sorotan publik.
“Ini trauma berat. Karena kasusnya viral, korban pun ikut terdampak secara mental, maka penanganan psikologinya harus ekstra,” jelas Violeta, Rabu (02/07/2025) lalu.
Tim dari UPTD langsung melakukan asesmen begitu laporan diterima. Saat ini, pendampingan psikologis dilakukan secara intensif oleh tiga psikolog yang bekerja secara bergilir.
Menurut Violeta, pemulihan mental tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat dan membutuhkan pemantauan berkelanjutan hingga kondisi stabil.
“Sejak laporan masuk ke kami, tim langsung melakukan asesmen terhadap korban. Mereka kini dalam pengawasan tenaga ahli psikolog di UPTD,” ujarnya.
Korban telah dipulangkan ke orang tua untuk menjalani proses pemulihan di lingkungan yang lebih nyaman. Pendekatan ini dipilih untuk mempercepat pemulihan secara emosional sambil tetap dimonitor secara berkala oleh UPTD.
Dalam hal pelaporan, pihak keluarga telah meminta pendampingan dari UPTD PPA untuk membuat laporan resmi ke kepolisian. Namun proses ini dilakukan secara hati-hati, menunggu kesiapan emosional korban.
“Hari ini kami sudah jadwalkan untuk mendampingi para korban membuat laporan. Kemarin belum bisa karena korban belum siap, dan kami tidak mungkin melangkah tanpa mereka,” terangnya.
Violeta juga menegaskan bahwa kasus serupa bukan yang pertama ditangani UPTD. Saat ini, berbagai bentuk kekerasan terhadap anak dan perempuan tengah ditangani secara paralel. Ia menekankan pentingnya sinergi lintas sektor agar kasus-kasus seperti ini bisa dicegah sejak dini.
“Bukan hanya kasus ini. Kami juga sedang menghadapi kasus-kasus lain yang tak kalah beratnya. Karenanya, semua pihak harus bersinergi, baik guru BK, kepala sekolah, maupun dinas pendidikan. Edukasi dan keberanian bicara jadi kunci,” tegasnya.
Strategi edukasi dan sosialisasi tengah disiapkan untuk diterapkan di sekolah-sekolah. Tujuannya agar peserta didik memiliki pemahaman tentang kekerasan seksual serta keberanian untuk melapor jika mengalami atau melihat kejadian serupa.
“UPTD ini bukan sekadar tempat laporan. Ini rumah aman. Setiap anak dan perempuan yang datang akan kami lindungi sepenuhnya,” pungkasnya. | Okebozz.Com | KutaiRaya | *** |
1 Comment
oke